Love for All Hatred for None

Rabu, 27 Januari 2010

Balada Tiga Ekor Ikan


Tiga ekor ikan mendiami aliran sungai yang tidak besar, si Mujair, si Sepat dan si Betok. Ketiganya berkawan dengan baik, diantara mereka si Mujair terbilang cerdas dan penuh perhitungan, si Betok jenis yang paling sembrono, sok pintar namun sebenarnya bodoh. Si Sepat jenis yang mau menerima masukan dan mau belajar. Hari itu tidak seperti biasanya turun hujan rintik-rintik. Mereka bertiga menyambut gembira. Dengan melompat-lompat ke atas air, mereka berusaha menghirup tetesan hujan yang jatuh. Aksi mereka ternyata mengundang perhatian seorang pemancing yang melewati sungai tersebut. "Tak disangka ternyata sungai kecil ini banyak ikannya" Gumam orang itu menyimpulkan. Buru-buru ia jongkok dan melemparkan pancingannya. Ketika umpannya jatuh ke sungai tiga ekor ikan ini mengerumuninya.
"Apa ini ya..?" Tanya si Betok menatap umpan yang berupa "pelet" itu.
"Ini makanan asing yang belum kita jumpai" Ujar si Sepat.
"Agak mencurigakan..." kata si Mujair.
"Tapi bau makanan ini menggoda lidahku" Ucap si Betok. "Aku makan dulu..ah" Lanjutnya.
"Eh, nanti dulu. Lihat sesuatu yang mengikat makanan ini" Timpal si Sepat sambil melihat benang yang mengikat umpan tersebut. Si Betok tidak perduli, disambarnya umpan tersebut. Ia terlihat begitu menikmatinya. Sehingga kedua ikan lainnya, si Mujair dan si Sepat terdorong untuk memakannya. Akhirnya mereka bertiga berebut.


Karena kencangnya, tarikan tersebut getarannya hingga sampai ketangan sang pemancing. Melihat pancingannya mulai bereaksi. Ia menariknya keras-keras. Apes bagi si Mujair karena yang pertama menjadi korban. Ia dimasukan ke dalam bak berisi air. Kemudian berturut-turut terpancing si Betok lalu si Sepat. Mereka berdua dimasukan dalam bak bersama dengan si Mujair.
"Apa yang terjadi dengan kita...?" Tanya si Sepat.
"Sepertinya kita dijebak dengan makanan tadi" Kata si Mujair.
"Maksudnya...?" Tanya si Betok.
"Makanan tadi itu umpan untuk kita, agar bisa tertangkap" Jelas si Mujair.
"Kita harus berusaha lolos, gimana caranya yah..?" Keluh si Sepat. Si Mujair berputar-putar di bak tersebut sambil mencari cara untuk dapat keluar. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh seekor kucing yang berusaha menangkap mereka, untung sang Pemancing dengan cekatan mengusir kucing itu dan menggeser bak tersebut lebih dekat ke tepi sungai. Si Kucing menghindar, ia tidak pergi namun duduk mengawasi di sudut lain. Si Mujair akhirnya mendapat ide. Disampaikannya cara meloloskan diri dari bak tersebut. Namun si Betok menyangsikan idenya itu.
"Apa bener hanya dengan melompat-lompat ke luar bak ini kita dapat selamat?" Sangsinya. "Kalo menurutku kita lebih baik membuat kerusuhan di dalam bak ini. Mungkin saja dengan cara itu, manusia ini bisa melepaskan kita" Lanjutnya.
"Kalo kita membuat kerusuhan, manusia ini pasti akan lebih ketat menjaga kita" Jelas si Mujair.
"Bener sobat, apalagi diujung sana si kucing mengawasi kita. Kalo kita membuat kerusuhan, lalu ada yang terluka bisa jadi kita menjadi santapan kucing" Bela Si Sepat.
"Gak mungkin, kita bertarungnya jangan keras-keras" Ngoto si Betok. Si Mujair berusaha menjelaskan lebih mendetail lagi, namun si Betok tetap pada pendiriannya.
"Kalo usulmu memang benar, kenapa tidak kamu saja dulu yang lompat-lompat. Kalo kamu berhasil melompat ke sungai, aku akan ikut. Itu juga kalo kamu selamat" Ujar si Betok melecehkan.

Si Mujair pun mulai melompat. Semakin lama lompatannya semakin tinggi.
"Sungai ada di sebelah kanan.." Ujarnya setelah lompatan pertama. Kemudian dia melompat lagi. "Si Kucing sebelah kiri.." Lanjutnya. Setelah lompatan kedua si Mujair melompat lebih tinggi dan melemparkan tubuhnya ke kanan "Byuuuuur". Sang Pemancing terkejut mengetahui tangkapannya lepas. Ia hanya bisa terbengong. Di dalam bak si Sepat mulai melompat. "Mari kita lompat sobat, Tadi kita dengar kawan kita Mujair selamat di air" Ajak si Sepat. Si Betok tidak bereaksi, dia masih menyangsikan kalau suara "Byuuur" tadi adalah Mujair yang masuk ke suangai. "Ayo sobat nunggu apa lagi.." Ujar si Sepat. Dia terus melompat tinggi dan kemudian membuang tubuhnya ke kanan. Namun sayang dia jatuh di tepi sungai, sedikit lagi menyentuh air. Sang pemancing terkejut kedua kali. Buru-buru ditangkapnya kembali si Sepat, namun si Sepat dengan sisa tenaganya menggelepar-geleparkan tubuhnya mendekati tepi sungai dan berhasil masuk ke sungai. Si Betok mulai tidak nyaman dengan kesendiriannya. "Benarkah teman-temanku selamat ke sungai" tanyanya dalam hati. Dia pun terpaksa mengikuti cara dua kawannya, melompat. Namun ketika melompat dia bingung harus kearah mana melemparkan tubuhnya. Karena terlalu lama melompat-lompat sang Pemancing pun menjadi curiga. Didekatinya bak tersebut. Si Betok yang mengetahui kedatangannya mulai khawatir, dengan sekuat tenaga dilemparkan tubuhnya ke luar. Tetapi sayang dia melemparkan tubuhnya bukan ke kanan, melainkan ke kiri tepat di depan si Kucing. Sontak si Kucing menerkamnya dan membawa kabur ke semak-semak sebelum berhasil diselamatkan sang Pemancing. Begitulah nasib si Betok. Termakan oleh sikap ke'sok'pintarannya, dan tak mau menerima nasehat lainnya meski itu benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Seruan Hati - Template ini design ulang oleh Yusuf Awwab