Love for All Hatred for None

Kamis, 19 Maret 2009

Pintu Pertama yang Dibukakan Al-Quran

Kitab suci al-Qur’an membukakan tiga pintu bagi pemahaman kebenaran.
Yang pertama adalah pintu nalar atau logika. Daya nalar manusia secara sempurna telah dikembangkan untuk mengenali eksistensi Tuhan dan sifat-sifat-Nya dalam Penciptaan, ke-Esaan, Kekuasaan, Rahmat dan sifat tegak dengan Dzat-Nya sendiri. Dalam penggunaan daya nalar itu juga ikut berperan logika, fisika, medikal, astronomi, matematika, filosofi dan metoda argumentasi. Sehingga masalah-masalah yang sulit telah bisa dipecahkan.

Metoda ini luar biasa dan merupakan mukjizat penalaran. Para filosof terkenal yang menemukan logika dan meletakkan dasar-dasar dari filosofi serta menyibukkan diri mereka dengan fisika dan astronomi, nyatanya tidak sanggup memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk mendukung keimanan mereka. Tidak juga mereka mampu memperbaiki kesalahan mereka atau memasukkan kemaslahatan keagamaan kepada yang lainnya. Bahkan sebagian besar dari mereka malah menjadi atheis atau lemah keimanannya, sedangkan mereka yang mempercayai adanya Tuhan, lalu mencampur-adukkan kesalahan dengan kebenaran, yang tidak suci dengan yang najis, akhirnya mereka juga tersesat. Dengan demikian merupakan suatu mukjizat bahwa logika Ilahi ini tidak mengandung kesalahan. Dan dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan mulia yang belum pernah dicapai manusia sebelumnya.

Adalah sebuah bukti yang cukup bahwa pernyataan-pernyataan al-Qur’an mengenai eksistensi Tuhan dan sifat-sifat penciptaanNya, ke-Esaan serta sifat-sifat sempurna lainnya begitu komprehensif, sehingga tidak mungkin diungguli dan tidak juga manusia akan mampu memberikan argumentasi baru lainnya. Jika ada yang meragukan hal ini, dipersilahkan yang bersangkutan mengajukan penalaran intelektual untuk mendukung eksistensi atau Ketauhidan Ilahi (versinya). Dan kami nanti akan menunjukkan bahwa argumentasinya sudah ada di dalam al-Qur’an bahkan lebih baik lagi. Pernyataan dan pujian atas Kitab suci al-Qur’an ini tidak semata-mata hanya omongan saja, tetapi sesungguhnya merupakan kenyataan. Tidak akan ada seorang pun mampu mengajukan argumentasi baru yang belum diungkapkan di dalam al-Qur’an. Di banyak tempat, al-Qur’an sendiri menyatakan sifat komprehensifitas dirinya sendiri. (Surma Chasm Arya, Qadian, 1886; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 2, hal. 72-79, London, 1984). (bersambung ke pintu kedua....)


3 komentar:

  1. Dalem kata2nya...kerennn ampe gak nyampe niy nge analisanya hihihi....keep post sob...

    BalasHapus
  2. salut terhadap anda! otak saya ganyampe nih..

    BalasHapus
  3. Subhanallah....mak nyus juga analisanya.

    BalasHapus

 
Seruan Hati - Template ini design ulang oleh Yusuf Awwab